[Ngomong Politik] : GOLPUT

PemiluSudah lama saya tidak meng-update blog ini. Aslinya saya dari kemarin sudah niat mau aktif ngeblog. Namun sebagai pendatang di dunia blogging, rasanya banyak sekali halangan, tantangan, dan rintangan untuk mulai nulis lagi. kalau kata para penyair, “Bahkan kerbau yang makan rumput bisa dijadikan bait yang indah”, saya katakan,”Bahkan udah capek mikir cari inspirasi dari puluhan buku, seorang beginner itu tetap beginner, pasti banyak tantangan dan halangan yang akan menguji kamu, bahwa kamu pantas jadi blogger atau penulis. :)”.
Beruntung sekali saya dapat sedikit inspirasi dari status teman facebook. teman itu sepertinya merasa sangat bersalah dengan penyesalan yang sangat dalam karena sudah absen ngsisi blog-nya. saya jadi kepikiran mau nulis, tapi tentang apa?.

status
Ternyata di wall facebook lagi rame masalah 9 april, Pemilu. Nah, di sini saya akan share pendapat pribadi saya tentang istilah paling sexy dalam ajang pemilihan bergengsi ini, G-O-L-P-U-T.
Apa itu golput? Rasanya tidak elok kalau kita bahas tentang satu hal yang tidak kita ketahui. Golput itu sebenarnya tidak seseram kuntilanak yang ga pernah tampak oleh mata, atau sadako,vampir, bahkan zombie yang tidak pernah ditemukan di Indonesia. Sejarah golput itu sejatinya sangat bersih, lahir dari ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintahan orde baru. selengkapnya di sini.di sisi lain, banyak pihak-pihak yang mengatasnamakan dirinya anti-golput. katanya, golput itu pemalas, apatis, tidak peduli sama negara, dan banyak sisi negatif lainnya.bagi aktivis, kader, atau simpatisan partai, golputers ini sangat berbahaya, picik, namun berpotensi untuk diambil suaranya.
Saya menganalogikan golput itu dengan partai oposisi. Tugasnya menyeimbangkan, dan menjadi barometer politik pemerintahan. Kalau banyak yang golput, harusnya pemerintah yang Ngaca seraya bertanya,”Mengapakah engkau masih tidak mempercayaiku, setelah apa yang kulakukan padamu?”.
di samping itu, sebagian golputers itu bukan hanya meraka yang punya tekad membaja untuk golput. contohnya saya. saya bersama ribuan orang lainnya awalnya niat memilih, tapi apalah daya, TPSku amatlah jauh di seberang selat sunda sana (:sedih), mau dipindah ke kampus ga berhasil juga.
seharusnya kita harus adil dalam menilai fenomena golput ini. ibaratnya gini loh, kalau dulu sangat sedikit yang mau pergi ke sukabumi naik kereta, ya diperbaikilah infrastrukturnya. Nah, kalau banyak yang ga mau milih di pemilu 2014 ini, dan partai pemenang ingin agar pemilu 2019 tidak ada yang golput, partai pemenang berpoles dirilah seapik mungkin agar para pemilih tertarik untuk nyoblos. iyakan ?